ShopDreamUp AI ArtDreamUp
Deviation Actions
Lagu "Tanah Air" melangut bersama malam, di hamparan tambak, tempat kami tinggal. Sebuah semangat yang meremajakan diri untuk mencari rasa kepemilikan atas tempat kita menitipkan diri pada hidup yang berlari. Mungkin lebih besar, pada tempat yang secara imajiner kita cantumkan sebagai "negara" di ID card kita. Dan di atas perjanjian atas kepemilikan yang satu, kita telah banyak kecewa, mungkin juga merasa tersia-sia. Tak jarang juga ada yang merasa ditinggal janji-janji mereka yang mengaku akan mengurus "negara".
Baiklah, biarkan konsep semacam itu selalu terasa imajiner, paling tidak kita bisa selalu menaruh harapan bahwa selalu ada besok yang lebih baik. Anggaplah selalu sebagai sebuah doa. Karena toh tak terelakkan, software kita telah tertanam di tanah berlumpur itu. Dan dari situ kita mengenal tempat pulang. Bisa jadi, tempat pulang yang kita lupakan. Tapi tentang harapan, aku ingin mengenang sebuah lagu yang lain. Yang dulu, kami nyanyikan dengan tawa cekikikan dan saling menggugat kekhidmatan teman yang menyanyi di sebelah kita: "Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya untuk Indonesia Raya..." Membangun jiwa lebih dahulu sebelum diri kita hanya dilihat sebagai badan. Dan ini waktu yang sangat menyudutkan untuk itu.
Sebuah peran baru yang mungkin juga tak terduga. Kata "peran" mungkin akan terdengar berlebihan bila disandingkan oleh apa yang sudah dilakukan Bung-Bung kita dulu. Tapi gak tau kenapa, aku bangga dengan peran sekecil itu. Karena itu, ini kebanggaan yang harus aku ceritakan ketempat semacam ini. Aku diminta warga menjadi juri lomba tumpeng sebuah tirakatan perayaan 17 Agustus di perumahan kami yang masih seumur jagung. Sebuah kehormatan yang luar biasa, meskipun kita lakukan tentu dengan canda. Seperti layaknya hidup, canda tawa belaka. Maaf, aku tak punya apa-apa untuk negara tahun ini. Bisa jadi, karena masih imajiner, atau hal lain. Tapi semoga di usiamu yang 63 ini, aku bisa selalu menyanyi buatmu. MERDEKA!!!
Oh ya, tumpeng istriku juara ke-2 tanpa kolusi dengan juri. SEKALI LAGI, MERDEKA!!!
Baiklah, biarkan konsep semacam itu selalu terasa imajiner, paling tidak kita bisa selalu menaruh harapan bahwa selalu ada besok yang lebih baik. Anggaplah selalu sebagai sebuah doa. Karena toh tak terelakkan, software kita telah tertanam di tanah berlumpur itu. Dan dari situ kita mengenal tempat pulang. Bisa jadi, tempat pulang yang kita lupakan. Tapi tentang harapan, aku ingin mengenang sebuah lagu yang lain. Yang dulu, kami nyanyikan dengan tawa cekikikan dan saling menggugat kekhidmatan teman yang menyanyi di sebelah kita: "Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya untuk Indonesia Raya..." Membangun jiwa lebih dahulu sebelum diri kita hanya dilihat sebagai badan. Dan ini waktu yang sangat menyudutkan untuk itu.
Sebuah peran baru yang mungkin juga tak terduga. Kata "peran" mungkin akan terdengar berlebihan bila disandingkan oleh apa yang sudah dilakukan Bung-Bung kita dulu. Tapi gak tau kenapa, aku bangga dengan peran sekecil itu. Karena itu, ini kebanggaan yang harus aku ceritakan ketempat semacam ini. Aku diminta warga menjadi juri lomba tumpeng sebuah tirakatan perayaan 17 Agustus di perumahan kami yang masih seumur jagung. Sebuah kehormatan yang luar biasa, meskipun kita lakukan tentu dengan canda. Seperti layaknya hidup, canda tawa belaka. Maaf, aku tak punya apa-apa untuk negara tahun ini. Bisa jadi, karena masih imajiner, atau hal lain. Tapi semoga di usiamu yang 63 ini, aku bisa selalu menyanyi buatmu. MERDEKA!!!
Oh ya, tumpeng istriku juara ke-2 tanpa kolusi dengan juri. SEKALI LAGI, MERDEKA!!!
HG Designs Subscriber Area
Lots of high resolution goodies for graphic design including textures, photoshop brushes, seamless patterns and more.
$8/month
MEMANDANG DOA SEBELAH MATA
Aku sudah sering tertidur tanpa berdoa. Ironisnya, aku gak mau anakku membenamkan diri dalam alam tidur tanpa mengirim doa kepada siapapun. Tidak adil memang. Aku selalu menuntunnya berdoa sebelum tidur, memohon padaNya diistirahatkan dan dibangunkan dari 'kematian' sementara itu. Bila hidup ini layak aku jalani karena kemanfaatannya, itu tambahan buatku sendiri. Berdoa sebelum tidur buat Jasmine, seringkali aku berikan kesempatan untuk dia membangun keinginan dan harapannya sendiri. Mulai dari kesehatan, keselamatan, menjadi generasi baru yang uinggul dan menikmati rizki yang halal. Juga mengirim doa-doa untuk orang tua kami, saudara kami, t
TANGAN TUHAN
Kemaren malam aku pulang dalam keadaan terseok-seok. Bukan fisik, tapi sebal karena setelah hampir 2 jam di Gramedia Expo aku kehilangan mood beli buku karena crowd yang luar biasa. Diskon 30% kecuali elektronik untuk grand opening mereka. Pulang, memulai ritual malamku yang baru, putar player kenceng dan melupakan tetangga. Paling nggak, rumah di kanan dan kiri rumahku belum berpenghuni. Antara pengen tidur dan kepikiran beberapa urusan (termasuk harus ngumpul proposal yang belum bertanda tangan besok) aku matikan musik dan nyalakan TV. Tak lupa timer 90 menit. Lazio sedang ditinggalkan Bologna yang meledak-ledak. Geser channel sedikit, berj
Catatan 1429 dari Sukajadi
Aku pengen menulis beberapa catatan yang mungkin juga bermakna kegagalan. Tentang bulan yang memberi kesempatan untuk mengembangkan aktivitas filantropis, tapi ternyata tidak termanfaatkan dengan baik. Saat orang-orang berpeluh dan berhimpitan lalu meregang nyawa untuk 30 ribu perak, sekelompok orang di TV tertawa-tawa gak penting, membuang-buang motor dan jutaan rupiah dengan senda gurau dalam semangat mendakwahkan produk. Lewat tanya jawab bodoh. Channel-channel yang menawarkan kesejukan jadi terasa sunyi di situ. Seperti surau berpunggungan dengan hipermarket. Dan surau kecil itu pagi ini menyengat lagi: beberapa hal diharamkan untuk kita
'WHAT IF' OF THE WEEK
Bagaimana jika ketika kau bangun dan matahari tak ada pagi itu karena malam mencurinya darimu /// Bagaimana jika bising dan sepi menguburkan musik dalam telingamu dan hari-harimu berlalu dalam bising dan sepi itu /// Bagaimana jika cermin diletakkan di ujung hidungmu dan mengikuti kemanapun kau berjalan, bahkan di tempat kau ingin sendiri merayakan kecemasan /// Bagaimana jika kau tau hal yang kau tidak sukai ternyata adalah hal yang kau tunggu-tunggu /// Bagaimana jika jarak antara malam dan pagi hanya sepanjang satu bait lagu rock n roll tua /// Bagaimana jika kau bertemu dengan orang-orang yang hilang dari hidupmu sekian lama dan saat be
© 2008 - 2024 ramok
Comments23
Join the community to add your comment. Already a deviant? Log In
Bu Ike bisa masak tumpeng???
ck ck ck, sayang mahasiswanya ngga pernah dibuatin...
ck ck ck, sayang mahasiswanya ngga pernah dibuatin...