ShopDreamUp AI ArtDreamUp
Deviation Actions
Kenapa nomor cantik masih diperlukan ketika hp bisa menampung ribuan nama dan nomor tanpa peduli berapa macam digit angka yang disimpan? Selain alasan memorable, beberapa orang pengen punya karena alasan hoki dan personal seperti mirip tanggal lahirnya, tanggal kawinnya atau apalah. Alasan memorable tentu gugur ketika hp dan sim card bisa menyimpan banyak nomor dan gak perlu sibuk nginget satu persatu. Seperti salah satu sketsa Beni & Mice. Ada masa dimana orang mending beli kartu perdana dari pada isi ulang. Jadi pernah seseorang menelpon aku dengan lebih dari 10 macem nomer, di titik bete aku tanya: "Nomermu mana yang bener"... Gatau, nunggu yang ini habis, jawabnya. Semprul. Siang ini aku ngurus paspor di kantor imigrasi, Waru. Sambil ngantri, seorang calo di sebelah sibuk mengorganisir beberapa orang yang dia urus paspornya. Gak berniat nguping tapi orang ini justru bikin performance, lebih lucu dari program-program lawak di tiviku yang udah 3 bulan ini rusak. "Hallo, Nik?" seberang menjawab, lalu dia lanjutkan, "Nik, nik... nomerku berapa ini? Tolong didikte"... Sambil dia tergopoh-gopoh mengikuti lawan bicaranya membacakan no hp-nya. Nah, itu dia gunanya nomer cantik, bos.
MEMANDANG DOA SEBELAH MATA
Aku sudah sering tertidur tanpa berdoa. Ironisnya, aku gak mau anakku membenamkan diri dalam alam tidur tanpa mengirim doa kepada siapapun. Tidak adil memang. Aku selalu menuntunnya berdoa sebelum tidur, memohon padaNya diistirahatkan dan dibangunkan dari 'kematian' sementara itu. Bila hidup ini layak aku jalani karena kemanfaatannya, itu tambahan buatku sendiri. Berdoa sebelum tidur buat Jasmine, seringkali aku berikan kesempatan untuk dia membangun keinginan dan harapannya sendiri. Mulai dari kesehatan, keselamatan, menjadi generasi baru yang uinggul dan menikmati rizki yang halal. Juga mengirim doa-doa untuk orang tua kami, saudara kami, t
TANGAN TUHAN
Kemaren malam aku pulang dalam keadaan terseok-seok. Bukan fisik, tapi sebal karena setelah hampir 2 jam di Gramedia Expo aku kehilangan mood beli buku karena crowd yang luar biasa. Diskon 30% kecuali elektronik untuk grand opening mereka. Pulang, memulai ritual malamku yang baru, putar player kenceng dan melupakan tetangga. Paling nggak, rumah di kanan dan kiri rumahku belum berpenghuni. Antara pengen tidur dan kepikiran beberapa urusan (termasuk harus ngumpul proposal yang belum bertanda tangan besok) aku matikan musik dan nyalakan TV. Tak lupa timer 90 menit. Lazio sedang ditinggalkan Bologna yang meledak-ledak. Geser channel sedikit, berj
Catatan 1429 dari Sukajadi
Aku pengen menulis beberapa catatan yang mungkin juga bermakna kegagalan. Tentang bulan yang memberi kesempatan untuk mengembangkan aktivitas filantropis, tapi ternyata tidak termanfaatkan dengan baik. Saat orang-orang berpeluh dan berhimpitan lalu meregang nyawa untuk 30 ribu perak, sekelompok orang di TV tertawa-tawa gak penting, membuang-buang motor dan jutaan rupiah dengan senda gurau dalam semangat mendakwahkan produk. Lewat tanya jawab bodoh. Channel-channel yang menawarkan kesejukan jadi terasa sunyi di situ. Seperti surau berpunggungan dengan hipermarket. Dan surau kecil itu pagi ini menyengat lagi: beberapa hal diharamkan untuk kita
DETIK-DETIK YANG MEREMAJAKAN DIRI
Lagu "Tanah Air" melangut bersama malam, di hamparan tambak, tempat kami tinggal. Sebuah semangat yang meremajakan diri untuk mencari rasa kepemilikan atas tempat kita menitipkan diri pada hidup yang berlari. Mungkin lebih besar, pada tempat yang secara imajiner kita cantumkan sebagai "negara" di ID card kita. Dan di atas perjanjian atas kepemilikan yang satu, kita telah banyak kecewa, mungkin juga merasa tersia-sia. Tak jarang juga ada yang merasa ditinggal janji-janji mereka yang mengaku akan mengurus "negara".
Baiklah, biarkan konsep semacam itu selalu terasa imajiner, paling tidak kita bisa selalu menaruh harapan bahwa selalu ada besok y
© 2008 - 2024 ramok
Comments2
Join the community to add your comment. Already a deviant? Log In
Hahahahahahha..... calo yang aneh
Wah, baca Benny & Mice juga ya pak?
Wah, baca Benny & Mice juga ya pak?